Prolaktin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon Prolaktin adalah salah satu hormon yang dimiliki ole wanita yang peran utamanya merangsang kelenjar air susu agar memproduksi ASI yang cukup bagi bayinya. Sudah barang tentu, hormon ini normalnya meningkat setelah melahirkan, bila hormon ini meningkat sebelum hamil maka ini merupakan suatu kondisi yg tidak normal, dimana payudara akan mengeluarkan ASI, siklus menstruasi dan terjadinya ovulasi (proses pematangan sel telur) akan menjadi terganggu, sehingga otomatis sulit untuk hamil. Oleh karena itu dokter pasti memberikan obat untuk menurunkan kadar hormon prolaktin tersebut agar berada dalam batas normal. Sekarang yang menjadi masalah, apa saja yang menyebabkan hormon prolaktin tersebut kok bisa meninggi. Berdasarkan literatur ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi pengeluaran prolaktin. 1)Nutrisi : Setelah makan dapat terjadi peningkatan kadar prolaktin. Protein yg terdapat di dalam suatu makanan sangat berperan thd pengeluaran prolaktin. Asam amino tirosin dan triptofan yg terdapat dalam protein, memiliki kemampuan memicu pengeluaran prolaktin. Makanan hanya meningkatkan prolaktin pd orang yg sehat saja. Selain makanan, minuman seperti bir juga memicu pengeluaran prolaktin. 2)Temperatur : 20 menit setelah mandi sauna yang panas terjadi pengikatan prolaktin. Peningkatan suhu lingkungan selama 1 jam dari suhu 27 derajat celcius menjadi 45 derajat celcius meningkatkan prolaktin sebanyak 53%. 3)Stres : Stress yang berkelanjutan dapat menyebabkan peningkatan prolaktin. Olah raga yang berat juga dapat meningkatkan prolaktin. Bila memakan makanan yg banyak mengandung lemak setelah melakukan olah raga yang berat, maka kadar prolaktin meningkat lebih tinggi dibandingkan memakan makanan yg kaya akan karbohidrat. Rangsangan pada payudara juga dapat meningkatkan kadar prolaktin. Tingginya kadar prolaktin dalam darah dapat menyebabkan ketidaksuburan/infertil baik pada wanita maupun pria. Pada wanita dapat menyebabkan tidak terjadinya ovulasi, haid yg siklusnya panjang bahkan bisa sampai tidak haid. Selain faktor diatas tadi perlu juga dipikirkan adanya tumor pada kelenjar hipofise (prolaktinoma). Biasanya, bila ditemukan kadar prolaktin darah lebih dari 50ng/ml, perlu dilakukan pemeriksaan MRI atau CT-Scan hipofise. (dr. Ferry SpOG, RSIA EVASARI, Jkt)
Prolaktin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan yang ada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan pegeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus Lactiferus). Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.
Setiap isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Rangsangan ini diantar ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan akan merangsang pembuatan ASI. Jadi, pengosongan gudang ASI merupakan rangsangan diproduksinya ASI.
Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks Produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak pula produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin berkurang jumlah produksi ASI-nya.
Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi penting lain, yaitu menekan fungsi indung telur (Ovarium), dan akibatnya dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid, dengan kata lain ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. (Roesli, 2001).
Bebarapa faktor yang meningkatkan pengeluaran hormon prolaktin diantaranya :
Makanan (asam amino tirosin dan triptofan, minuman keras), suhu tubuh suhu lingkungan yang tinggi, stress yang berkepanjangan, obat2an dll. Bila kadar hormon prolaktin masih diatas normal maka siklus menstruasi akan terganggu dan ovulasi pun bisa terhambat (Ovulasi adalah proses pematangan sel telur setiap bulan). Sehingga otomatis keadaan ini menjadi salah satu penyebab sulit untuk hamil.
Mekanisme kerja terapi alam..
Kelihatannya level normal hormon prolaktin tertinggi yaitu pada masa kehamilan/persalinan juga saat menyusui di mana ibu belum kembali dapat haid selama 6 bulan pertama. Malahan dibilang kalau level hormon ini mencapai puncaknya saat baru saja bersalin. Asumsi saya, ini mungkin bisa 'mematahkan' anggapan bahwa justru setelah bersalin, ASI tidak bisa keluar. Seharusnya, dengan level hormon setinggi itu, ditambah stimulasi (massage) yang tepat dan psikis yang OK, produksi ASI sedang bagus banget di masa2 itu.
- Ini juga yang mendukung pentingnya IMD alias menyusui baby di 1 jam pertama hidupnya mengingat level hormon ini yang tinggi pada ibu yang baru saja bersalin.
- Minggu pertama pasca bersalin, level prolaktin mencapai titik cukup rendah (50 ng/mL) dan kalau ibu tidak termotivasi untuk berupaya menyusui – level hormon ini terus menurun hingga sama dengan ibu yang tidak hamil dan tidak menyusui. Mungkin ini juga yang harus jadi catatan buat ibu menyusui untuk tetap fight dalam 1 minggu pertama belajar menyusui - produksi ASI mungkin 'kelihatan menurun' tapi jangan sampai menyerah dan menggantinya dengan susu formula.
Upaya Memperbanyak ASI
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.
Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga banyak.
Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks.
Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI:
Makanan.
Ketenangan jiwa dan pikiran.
Penggunaan alat kontrasepsi.
Perawatan payudara.
Anatomis payudara.
Faktor fisiologi.
Pola istirahat.
Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
Faktor obat-obatan.
Berat lahir bayi.
Umur kehamilan saat melahirkan.
Konsumsi rokok dan alkohol.
Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu ibu.
Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
Berat lahir bayi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.
Oksitosin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa yang terdapat di dasar otak. Sama halnya dengan hormon proaktin, hormon oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut disebut hormon oksitosin. Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks oksitosin atau let down refleks.
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveoli) ke gudang susu (Ductus Lactiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan reflek prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila reflek ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI. (Roesli, 2001).
Berdasarkan pernyataan di atas maka, refleks oksitosin itu juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan dimana ibu dan bayi tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat ibu frustasi yang akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormon oksitosin. Hal tersebut menuntut lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk berperan dalam menciptakan suasana ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.
Adapun dalam pemeliharaan laktasi terdapat dua faktor penting yaitu:
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada hari neonatal awal. Penting bahwa bayi’difiksasi’ pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan kepada ampulla yang ada di bawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari grandula pituitaria anterior, dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.
2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara yang kedua ini yang diberikan pertama kali, atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama (fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Selasa, 24 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar