rank ngaz...

rank ngaz...
???

Selasa, 08 Desember 2009

laporan hernia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan bayi dan anak adalah perawatan yang ditujukan pada anak untuk meningkatkan derajat kesehatan pada anak melalui pencegahan penyakit atau injuri, pengobatan dan rehabilitasi pada anak yang mengalami masalah kesehatan. Dalam mengatasi masalah tersebut diatas, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.

Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.

Hernia diberi nama menurut letaknya umpamanya diafragma, inguinal, femoral.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia repnibel bial isi hernia dapat keluar masuk. Usus jika berdiri keluar dan mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut – tidak ada keluhan nyeri atau ejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong. Pad peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kanton terperangkap dan tidak dapa kembali kedalam rongga abdomen. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkar serata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulate. Pada kasus An. R hernia yang dialami adalah Hernia scrotalis sinistra srangulata, dimana usus masuk kedalam scrotalis dan terjepit didalamnya.

Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penyusun mencoba untuk menyusun laporan kasus individu dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. R dengan Post Op Herniatomi di Hernia Scrotalis Strangulata, di ruang BCH RSCM untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Herniatomi secara komprehensip.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari pembuatan laporan kasus ini memeberikan gambaran dalam melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Scrotalis dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari pembuatan laporan inti ini adalah untuk memberikan gambaran tentang :

a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami hernia

b. Diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami hernia

c. Perencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia

d. Rasioanal dari rencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia

e. Pelaksanaan rencana keperawatan pada klien yang mengalami hernia

f. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami hernia

g. Faktor penunjang dan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia

h. Alternatif penyelesaian masalah terhadap faktor penghambat yang ditemui dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia scrotalis

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana penyusun melaporkan kondisi klien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka kelompok menggunakan beberapa teknik pengumpulam data yaitu :

1. Teknik Wawancara

Dilakukan secara langsung pada keluarga klien dan perawat ruangan

2. Observasi

Yaitu mengamati secara langsung prilaku klien sehari-hari

3. Study Literatur

Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-buku yang terkuat dengan kasus tersebut

4. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada klien dengan : Insfeksi, Auskultasi, perkusi, palpasi

5. Studi Dokumentasi

Dengan mempelajari dokumentasi klien yang terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan klien.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan laporan kasus ini terdiri dari 5 Bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Umum dan Tujuan Khusus, Metode serta Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari Konsep Dasar, Pengertian, Type-Type Hernia, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologis, Penatalaksanaan, Komplikasi, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Prinsip Intervensi dan Evaluasi Keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS terdiri dari Gambaran Kasus, Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

BAB IV : PEMBAHASAN di uraikan yang terdiri dari Definisi Diagnosa Keperawatan, Rasional Diagnosa, Data yang Menunjang Diagnosa, Implementasi, Evaluasi, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta Alternatif Pemecahan Masalah.

BAB V : PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Lampiran


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Hernia

1. Pengertian

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia

(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005 : 523)

Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi (paten)

(Mansjoer, Arief, 200 : 382)

2. Type-type Hernia

a. 1) Diafragmatik : Hernia yang terjadi melalui foramen bochdalek : protrusi bagian organ abdomen melalui lubang pada diafragma

2) Hiatal : Sliding : protusi struktur abdomen (biasanya lambung) melalui hiatus oesofagus.

3) Abdominal : umbilical yaitu protusi usus dan omentum yang tertutup kulit lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar

4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit

5) Gastroskisis : Protrusi isi intra abdomen melalui defek dinding abdomen lateral terhadap cincin umbilical ; tidak pernah terdapat kantong peritoneal.


b. Type Hernia

1) Hernia Usus : Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan, lapisan otot atau aponeurosis. Peritoneum perietale dan jaringan preperitoneal, kantong hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4 yaitu :

a) Hernia reponibel tanpa inerserasai dan strangulasi

b) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan

c) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan

d) Hernia sirangulata, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai gangreng karena pendarah darah terganggu

2) Hernia Ritcher : Bila strangulasi hanya Menjepit sebagian dinding usus

3) Hernia interstisialis : Hernia yang terletak diantara lapisan otot perut

4) Hernia geser skrotalis

a) Hernia biasa dengan isi didalam kantong hernia

b) Hernia geser / sliding hernia : kantong hernia kosong

5) Hernia epigastrika : Benjolan terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperiteneal yang tidak dapat dibedakan dari lipoma yang mengandung omentum dan tertutup

6) Hernia spieghel : Hernia interstisial yant terletak antara m trans versus abdominalis dan m. eblueus abdominis internus

7) Hernia sibatrik : Terjadi pada bekas luka lapioratomy

8) Hernia ingunlis : Terjadi karena anmali kongenital yang ditandai dengan lebarnya annulus internus sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia

3. Etiologi

- Ketidak patensian rongga yang tidak sempurna.

- Anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.

- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka

- Peninggian tekanan didalam rongga abdomen

- Kelemahan otot dinding abdomen

4. Manifestasi Klinis

Terdapat benjolan didaerah, vaginal dan atau scrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis . pasien tenang, benjolanakan hilang secara spontan.

Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali berongga abdomen.

Isi hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut hernia inguinal reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh annulus inguinasli, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia hernia sirangulata

Heria sirangulata lebih sering terjadi hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namum rata-rata terjadi pada 12 % harus hernia.

5. Patofisiologi

Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam kanalis fenoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadimnya hernia.

Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multirasa, obesitas dan degerasi jaringan ikat karena usia lanjut.

Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi. Herniorafi pada hernia ingunalis, terutama yang memakai tehnik Bassini atau shoul dice yang menyebabkan, fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergesar ke ventrokranial sehingga dan liga mentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femopalis lebih luas.

Komplikasi yang paling sering timbul adalah strangulasi dengan segala akibatnya.

Hernia femoralis keluar disebelah kahlah ligamentum inguinale pada fosa ovalis kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar tertama bila merupakan Hernia Richter


Perkembangan hernia

a. Penonjolan jaringan preperitoneal kedalam kronalis femoralis

b. Penonjolan lebih besar diikuti permulaan hernia

c. Hernia femoralis dengan “lipoma” preperitoneal

d. Lipoma dengan hernia membelok kekranial setelah keluar dari fosa ovalis

e. Lipoma terletak cranial dari ligamentum inguinale

6. Penatalaksanaan

Pada hernia femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi terdiri atas herniatomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan Menjepit annulus femonialis

Bisa juga dengan pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik bassini melalui region inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum lobunase gimbernati.

Hernia inguinalis reponibilis yaitu herniatomi berupa ligasi plofesis vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya inkorserata.

Hernia inguinalis inkarserata

Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenfburg dengan tertidur tekanan intra peritoneal.

(Arif Masjoer, 2000. 383)

Penatalaksanaan

· Pra Operasi

- Cegah menangis

- Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)

- Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan

- Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)

- Jaga agar kontong atau visera tetap lembab

- Gunakan tindakan kenyamanan

· Pasca Operasi

- Lakukan perawatan dan observasi secara rutin

- Berikan tindakan kenyamanan

- Dukungan orang tua

(Wong, 2004: 521)

7. Komplikasi

· Infeksi

· Hematoma skrotalis

· Hidrokel

· Obstruksi usus

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hernia

1. Pengkajian

a. Biodata / Identitas

b. Pengkajian gastro intestinal

1) Status hidrasi

a) Turgor kulit

b) Membran mukosa

c) Intake dan output

2) Abdomen

a) Nyeri

b) Bising usus

c) Kembung

d) Sistensi abdomen

e) Muntah frekhdensi dan karakteristik

f) Kram dan tenesinus

3) Psikososial

a) Ketabahan

b) Rewel

c) Status emosional

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan puasa

2) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat muntah

3) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang penanganan atau mengingat salah interprestasi

b. Post Operasi

1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan masukan cairan serasa oral akibat prosedur tindakan medis

2) Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

3) Resiko tinggi terhadap keruskan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan pemasangan prosedur intensif atau pembedahan, tindakan invasif

4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

5) Gangguan penatalaksanaan perawatan dirumah berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Rencana Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Diagnosa 1

- Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluarkan dan timbang berat badan

- Pantau suhu tubuh, palpasi, denyut perifer

- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai indikasi

2) Diagnosa 2

- Observasi tanda-tanda mal nutrisi, kuku dan rambut rapuh, turgor kulit yang tidak elastis, peningkatan berat badan

- Auskultasi bising usus

- Observasi intake dan output nutrisi

- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai dengan kebutuhan (indikasi)

3) Diagnosa 3

- Tinjau ulang pembedahan / prosedur khusus dan harapan masa datang

- Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan therapeutik

- Izinkan keluarga untuk berpartisipasi dalam program perawatan anak

- Berikan support mental pada keluarga dalam menghadapi distress fisik /emosional untuk program / prosedur yang akan dilakukan terhadap anaknya

b. Post Operasi

1) Diagnosa 1

- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal) tinjau ulang, catat intra operatif

- Observasi tanda-tanda vital, prosedur hipertensi, takikardi, turgor kulit dan membran mukosa

- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer

2) Diagnosa 2

- Evaluasi denyut nyeri secara regular (misalnya : setiap 2 jam sekali) catat karakteristik, lokasi dan intensitasnya

- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan

- Kaji ketidak nyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi

3) Diagnosa 3

- Pertahankan pencucian tangan yang benar

- Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan intensitas kulit

- Pertahankan kesterilan semua peratalan

- Kaji hasil pemeriksaan laboratorium

- Kaji tanda-tanda infeksi pada area luka setiap kali tindakan

4) Diagnosa 4

- Evaluasi kemampuan fisik dan emosi orang tua

- Berikan penkespada keluarga mengenai penatalaksanaan keperawatan

- Dorong keluarga untuk menganjurkan kekhawatiran tentang hasil pembedahan

- Anjurkan pada orang tua tentang obstruksi/strangulasi terhadap tekanan

4. Evaluasi

a. Pre Operasi

- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi

- Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

- Pengetahuan orang tua meningkat

b. Post Operasi

- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi

- Rasa nyeri dapat teratasi

- Integritas kulit baik

- Infeksi tidak terjadi

- Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat dilaksanakan dengan tepat

Selasa, 01 Desember 2009

Selasa, 24 November 2009

information about hormone prolactine

Prolaktin (hormon yang menghasilkan ASI)

Hormon Prolaktin adalah salah satu hormon yang dimiliki ole wanita yang peran utamanya merangsang kelenjar air susu agar memproduksi ASI yang cukup bagi bayinya. Sudah barang tentu, hormon ini normalnya meningkat setelah melahirkan, bila hormon ini meningkat sebelum hamil maka ini merupakan suatu kondisi yg tidak normal, dimana payudara akan mengeluarkan ASI, siklus menstruasi dan terjadinya ovulasi (proses pematangan sel telur) akan menjadi terganggu, sehingga otomatis sulit untuk hamil. Oleh karena itu dokter pasti memberikan obat untuk menurunkan kadar hormon prolaktin tersebut agar berada dalam batas normal. Sekarang yang menjadi masalah, apa saja yang menyebabkan hormon prolaktin tersebut kok bisa meninggi. Berdasarkan literatur ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi pengeluaran prolaktin. 1)Nutrisi : Setelah makan dapat terjadi peningkatan kadar prolaktin. Protein yg terdapat di dalam suatu makanan sangat berperan thd pengeluaran prolaktin. Asam amino tirosin dan triptofan yg terdapat dalam protein, memiliki kemampuan memicu pengeluaran prolaktin. Makanan hanya meningkatkan prolaktin pd orang yg sehat saja. Selain makanan, minuman seperti bir juga memicu pengeluaran prolaktin. 2)Temperatur : 20 menit setelah mandi sauna yang panas terjadi pengikatan prolaktin. Peningkatan suhu lingkungan selama 1 jam dari suhu 27 derajat celcius menjadi 45 derajat celcius meningkatkan prolaktin sebanyak 53%. 3)Stres : Stress yang berkelanjutan dapat menyebabkan peningkatan prolaktin. Olah raga yang berat juga dapat meningkatkan prolaktin. Bila memakan makanan yg banyak mengandung lemak setelah melakukan olah raga yang berat, maka kadar prolaktin meningkat lebih tinggi dibandingkan memakan makanan yg kaya akan karbohidrat. Rangsangan pada payudara juga dapat meningkatkan kadar prolaktin. Tingginya kadar prolaktin dalam darah dapat menyebabkan ketidaksuburan/infertil baik pada wanita maupun pria. Pada wanita dapat menyebabkan tidak terjadinya ovulasi, haid yg siklusnya panjang bahkan bisa sampai tidak haid. Selain faktor diatas tadi perlu juga dipikirkan adanya tumor pada kelenjar hipofise (prolaktinoma). Biasanya, bila ditemukan kadar prolaktin darah lebih dari 50ng/ml, perlu dilakukan pemeriksaan MRI atau CT-Scan hipofise. (dr. Ferry SpOG, RSIA EVASARI, Jkt)

Prolaktin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan yang ada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan pegeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus Lactiferus). Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.
Setiap isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Rangsangan ini diantar ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan akan merangsang pembuatan ASI. Jadi, pengosongan gudang ASI merupakan rangsangan diproduksinya ASI.
Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks Produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak pula produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin berkurang jumlah produksi ASI-nya.
Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi penting lain, yaitu menekan fungsi indung telur (Ovarium), dan akibatnya dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid, dengan kata lain ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. (Roesli, 2001).

Bebarapa faktor yang meningkatkan pengeluaran hormon prolaktin diantaranya :
Makanan (asam amino tirosin dan triptofan, minuman keras), suhu tubuh suhu lingkungan yang tinggi, stress yang berkepanjangan, obat2an dll. Bila kadar hormon prolaktin masih diatas normal maka siklus menstruasi akan terganggu dan ovulasi pun bisa terhambat (Ovulasi adalah proses pematangan sel telur setiap bulan). Sehingga otomatis keadaan ini menjadi salah satu penyebab sulit untuk hamil.

Mekanisme kerja terapi alam..
Kelihatannya level normal hormon prolaktin tertinggi yaitu pada masa kehamilan/persalinan juga saat menyusui di mana ibu belum kembali dapat haid selama 6 bulan pertama. Malahan dibilang kalau level hormon ini mencapai puncaknya saat baru saja bersalin. Asumsi saya, ini mungkin bisa 'mematahkan' anggapan bahwa justru setelah bersalin, ASI tidak bisa keluar. Seharusnya, dengan level hormon setinggi itu, ditambah stimulasi (massage) yang tepat dan psikis yang OK, produksi ASI sedang bagus banget di masa2 itu.
- Ini juga yang mendukung pentingnya IMD alias menyusui baby di 1 jam pertama hidupnya mengingat level hormon ini yang tinggi pada ibu yang baru saja bersalin.
- Minggu pertama pasca bersalin, level prolaktin mencapai titik cukup rendah (50 ng/mL) dan kalau ibu tidak termotivasi untuk berupaya menyusui – level hormon ini terus menurun hingga sama dengan ibu yang tidak hamil dan tidak menyusui. Mungkin ini juga yang harus jadi catatan buat ibu menyusui untuk tetap fight dalam 1 minggu pertama belajar menyusui - produksi ASI mungkin 'kelihatan menurun' tapi jangan sampai menyerah dan menggantinya dengan susu formula.

Upaya Memperbanyak ASI

Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.
Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga banyak.
Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks.
Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI:
Makanan.
Ketenangan jiwa dan pikiran.
Penggunaan alat kontrasepsi.
Perawatan payudara.
Anatomis payudara.
Faktor fisiologi.
Pola istirahat.
Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
Faktor obat-obatan.
Berat lahir bayi.
Umur kehamilan saat melahirkan.
Konsumsi rokok dan alkohol.
Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu ibu.
Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
Berat lahir bayi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.

Oksitosin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa yang terdapat di dasar otak. Sama halnya dengan hormon proaktin, hormon oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut disebut hormon oksitosin. Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks oksitosin atau let down refleks.
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveoli) ke gudang susu (Ductus Lactiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan reflek prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila reflek ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI. (Roesli, 2001).
Berdasarkan pernyataan di atas maka, refleks oksitosin itu juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan dimana ibu dan bayi tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat ibu frustasi yang akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormon oksitosin. Hal tersebut menuntut lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk berperan dalam menciptakan suasana ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.
Adapun dalam pemeliharaan laktasi terdapat dua faktor penting yaitu:
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada hari neonatal awal. Penting bahwa bayi’difiksasi’ pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan kepada ampulla yang ada di bawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari grandula pituitaria anterior, dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.
2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara yang kedua ini yang diberikan pertama kali, atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama (fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.