BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan bayi dan anak adalah perawatan yang ditujukan pada anak untuk meningkatkan derajat kesehatan pada anak melalui pencegahan penyakit atau injuri, pengobatan dan rehabilitasi pada anak yang mengalami masalah kesehatan. Dalam mengatasi masalah tersebut diatas, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Hernia diberi nama menurut letaknya umpamanya diafragma, inguinal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia repnibel bial isi hernia dapat keluar masuk. Usus jika berdiri keluar dan mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut – tidak ada keluhan nyeri atau ejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong. Pad peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kanton terperangkap dan tidak dapa kembali kedalam rongga abdomen. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkar serata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulate. Pada kasus An. R hernia yang dialami adalah Hernia scrotalis sinistra srangulata, dimana usus masuk kedalam scrotalis dan terjepit didalamnya.
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penyusun mencoba untuk menyusun laporan kasus individu dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. R dengan Post Op Herniatomi di Hernia Scrotalis Strangulata, di ruang BCH RSCM untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Herniatomi secara komprehensip.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari pembuatan laporan kasus ini memeberikan gambaran dalam melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Scrotalis dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan laporan inti ini adalah untuk memberikan gambaran tentang :
a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami hernia
b. Diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami hernia
c. Perencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
d. Rasioanal dari rencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
e. Pelaksanaan rencana keperawatan pada klien yang mengalami hernia
f. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
g. Faktor penunjang dan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
h. Alternatif penyelesaian masalah terhadap faktor penghambat yang ditemui dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia scrotalis
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana penyusun melaporkan kondisi klien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka kelompok menggunakan beberapa teknik pengumpulam data yaitu :
1. Teknik Wawancara
Dilakukan secara langsung pada keluarga klien dan perawat ruangan
2. Observasi
Yaitu mengamati secara langsung prilaku klien sehari-hari
3. Study Literatur
Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-buku yang terkuat dengan kasus tersebut
4. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada klien dengan : Insfeksi, Auskultasi, perkusi, palpasi
5. Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari dokumentasi klien yang terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan klien.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan laporan kasus ini terdiri dari 5 Bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Umum dan Tujuan Khusus, Metode serta Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari Konsep Dasar, Pengertian, Type-Type Hernia, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologis, Penatalaksanaan, Komplikasi, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Prinsip Intervensi dan Evaluasi Keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS terdiri dari Gambaran Kasus, Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : PEMBAHASAN di uraikan yang terdiri dari Definisi Diagnosa Keperawatan, Rasional Diagnosa, Data yang Menunjang Diagnosa, Implementasi, Evaluasi, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta Alternatif Pemecahan Masalah.
BAB V : PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Hernia
1. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005 : 523)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi (paten)
(Mansjoer, Arief, 200 : 382)
2. Type-type Hernia
a. 1) Diafragmatik : Hernia yang terjadi melalui foramen bochdalek : protrusi bagian organ abdomen melalui lubang pada diafragma
2) Hiatal : Sliding : protusi struktur abdomen (biasanya lambung) melalui hiatus oesofagus.
3) Abdominal : umbilical yaitu protusi usus dan omentum yang tertutup kulit lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar
4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit
5) Gastroskisis : Protrusi isi intra abdomen melalui defek dinding abdomen lateral terhadap cincin umbilical ; tidak pernah terdapat kantong peritoneal.
b. Type Hernia
1) Hernia Usus : Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan, lapisan otot atau aponeurosis. Peritoneum perietale dan jaringan preperitoneal, kantong hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Hernia reponibel tanpa inerserasai dan strangulasi
b) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan
c) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan
d) Hernia sirangulata, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai gangreng karena pendarah darah terganggu
2) Hernia Ritcher : Bila strangulasi hanya Menjepit sebagian dinding usus
3) Hernia interstisialis : Hernia yang terletak diantara lapisan otot perut
4) Hernia geser skrotalis
a) Hernia biasa dengan isi didalam kantong hernia
b) Hernia geser / sliding hernia : kantong hernia kosong
5) Hernia epigastrika : Benjolan terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperiteneal yang tidak dapat dibedakan dari lipoma yang mengandung omentum dan tertutup
6) Hernia spieghel : Hernia interstisial yant terletak antara m trans versus abdominalis dan m. eblueus abdominis internus
7) Hernia sibatrik : Terjadi pada bekas luka lapioratomy
8) Hernia ingunlis : Terjadi karena anmali kongenital yang ditandai dengan lebarnya annulus internus sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia
3. Etiologi
- Ketidak patensian rongga yang tidak sempurna.
- Anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan didalam rongga abdomen
- Kelemahan otot dinding abdomen
4. Manifestasi Klinis
Terdapat benjolan didaerah, vaginal dan atau scrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis . pasien tenang, benjolanakan hilang secara spontan.
Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali berongga abdomen.
Isi hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut hernia inguinal reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh annulus inguinasli, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia hernia sirangulata
Heria sirangulata lebih sering terjadi hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namum rata-rata terjadi pada 12 % harus hernia.
5. Patofisiologi
Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam kanalis fenoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadimnya hernia.
Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multirasa, obesitas dan degerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi. Herniorafi pada hernia ingunalis, terutama yang memakai tehnik Bassini atau shoul dice yang menyebabkan, fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergesar ke ventrokranial sehingga dan liga mentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femopalis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering timbul adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femoralis keluar disebelah kahlah ligamentum inguinale pada fosa ovalis kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar tertama bila merupakan Hernia Richter
Perkembangan hernia
a. Penonjolan jaringan preperitoneal kedalam kronalis femoralis
b. Penonjolan lebih besar diikuti permulaan hernia
c. Hernia femoralis dengan “lipoma” preperitoneal
d. Lipoma dengan hernia membelok kekranial setelah keluar dari fosa ovalis
e. Lipoma terletak cranial dari ligamentum inguinale
6. Penatalaksanaan
Pada hernia femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi terdiri atas herniatomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan Menjepit annulus femonialis
Bisa juga dengan pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik bassini melalui region inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum lobunase gimbernati.
Hernia inguinalis reponibilis yaitu herniatomi berupa ligasi plofesis vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya inkorserata.
Hernia inguinalis inkarserata
Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenfburg dengan tertidur tekanan intra peritoneal.
(Arif Masjoer, 2000. 383)
Penatalaksanaan
· Pra Operasi
- Cegah menangis
- Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)
- Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan
- Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
- Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
- Gunakan tindakan kenyamanan
· Pasca Operasi
- Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
- Berikan tindakan kenyamanan
- Dukungan orang tua
(Wong, 2004: 521)
7. Komplikasi
· Infeksi
· Hematoma skrotalis
· Hidrokel
· Obstruksi usus
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hernia
1. Pengkajian
a. Biodata / Identitas
b. Pengkajian gastro intestinal
1) Status hidrasi
a) Turgor kulit
b) Membran mukosa
c) Intake dan output
2) Abdomen
a) Nyeri
b) Bising usus
c) Kembung
d) Sistensi abdomen
e) Muntah frekhdensi dan karakteristik
f) Kram dan tenesinus
3) Psikososial
a) Ketabahan
b) Rewel
c) Status emosional
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan puasa
2) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat muntah
3) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang penanganan atau mengingat salah interprestasi
b. Post Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan masukan cairan serasa oral akibat prosedur tindakan medis
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.
3) Resiko tinggi terhadap keruskan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan pemasangan prosedur intensif atau pembedahan, tindakan invasif
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
5) Gangguan penatalaksanaan perawatan dirumah berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Rencana Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Diagnosa 1
- Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluarkan dan timbang berat badan
- Pantau suhu tubuh, palpasi, denyut perifer
- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai indikasi
2) Diagnosa 2
- Observasi tanda-tanda mal nutrisi, kuku dan rambut rapuh, turgor kulit yang tidak elastis, peningkatan berat badan
- Auskultasi bising usus
- Observasi intake dan output nutrisi
- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai dengan kebutuhan (indikasi)
3) Diagnosa 3
- Tinjau ulang pembedahan / prosedur khusus dan harapan masa datang
- Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan therapeutik
- Izinkan keluarga untuk berpartisipasi dalam program perawatan anak
- Berikan support mental pada keluarga dalam menghadapi distress fisik /emosional untuk program / prosedur yang akan dilakukan terhadap anaknya
b. Post Operasi
1) Diagnosa 1
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal) tinjau ulang, catat intra operatif
- Observasi tanda-tanda vital, prosedur hipertensi, takikardi, turgor kulit dan membran mukosa
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
2) Diagnosa 2
- Evaluasi denyut nyeri secara regular (misalnya : setiap 2 jam sekali) catat karakteristik, lokasi dan intensitasnya
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan
- Kaji ketidak nyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
3) Diagnosa 3
- Pertahankan pencucian tangan yang benar
- Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan intensitas kulit
- Pertahankan kesterilan semua peratalan
- Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
- Kaji tanda-tanda infeksi pada area luka setiap kali tindakan
4) Diagnosa 4
- Evaluasi kemampuan fisik dan emosi orang tua
- Berikan penkespada keluarga mengenai penatalaksanaan keperawatan
- Dorong keluarga untuk menganjurkan kekhawatiran tentang hasil pembedahan
- Anjurkan pada orang tua tentang obstruksi/strangulasi terhadap tekanan
4. Evaluasi
a. Pre Operasi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
- Pengetahuan orang tua meningkat
b. Post Operasi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Rasa nyeri dapat teratasi
- Integritas kulit baik
- Infeksi tidak terjadi
- Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat dilaksanakan dengan tepat